NGABUBURIT BARENG: SOLIDARITAS ANAK JALANAN LAMONGAN

NGABUBURIT BARENG:  SOLIDARITAS ANAK JALANAN LAMONGAN


     
     Sebagai makhluk yang tidak bisa lepas dari sesama, yang tentunya memerlukan pertolongan dan sebaliknya, setiap manusia seharusnya memiliki rasa solidaritas. Kepedulian sosial sudah semestinya terkandung dalam diri karena kodratnya menjadi makhluk dari asal ciptaan yang sama. Tapi, banyak orang yang hilang kesadaran, lebih mementingkan diri sendiri dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar, menutup mata membiarkan sesama dalam keadaan yang memprihatinkan.
    Dalam kehidupan nyata di masyarakat, tidak semuanya beruntung bisa mencukupi kebutuhan. Jangankan membeli makanan enak, memakai baju bagus, rekreasi ke tempat wisata dan lain-lain, sekadar mengisi perut saja harus mendapatkan dengan susah payah. Dari hal tersebut, seharusnya muncul orang-orang yang tergolong dalam kelas “mampu” dengan membawa kesadaran kemanusiaan untuk membaur duduk bersama dan mengulurkan tangan membantu ketidakcukupan mereka. Namun, pada kenyataannya banyak orang yang apatis yang nyaman dengan dirinya sendiri. Tidak peduli terhadap lingkugan sekitar, acuh tak acuh dengan kondisi orang lain dan lebih suka memperkaya diri sendiri.
     Hal ini justru disadari oleh para anak jalanan-kelas manusia yang bisa dibilang dalam kategori strata rendah-yang biasanya hanya dipandang sebelah mata. Kelompok yang dianggap sebagai “sampah masyarakat” ini ternyata mempunyai kepedulian sosial yang tinggi. Meskipun kerap terlihat berpenampilan dan berperilaku tidak pantas oleh kebanyakan orang, malah memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap lingkungan sekitar. Rasa kemanusiaan mereka mengalahkan orang-orang yang notabenenya memiliki status sosial yang baik. Hal ini seperti gerakan yang dibentuk oleh anak jalanan Lamongan.
     Senin (03/06) sore masih dalam suasana bulan Ramadan, di samping Plaza Lamongan, anak jalanan Lamongan mengadakan acara “Ngabuburit Bareng” yang berisi beberapa kegiatan sosial, antara lain: Pasar Gratis, Food Not Bomb, Perpustakaan Jalanan dan lain-lain. Gerakan anak jalanan di Lamongan ini menyebut dirinya dengan nama “Kucing  Hitam”. Selain atas nama kepedulian sosial, kegiatan ini juga mengkritik keadaan sosial yang terjadi di masyarakat saat ini. Kegiatan “Ngabuburit Bareng” ini mempunyai slogan “Sebab hidup bukan hanya kepentingan ekonomi, menjual dan membeli, untung dan rugi. Berbagi cinta dan saling memberi adalah sebuah kebahagiaan.”.


Apa yang melatarbelakangi adanya gerakan ini?
     “Mulanya kami melihat kondisi nyata di masyarakat yang kami rasa memprihatinkan. Banyak orang yang susah payah mencari makan, bahkan mereka tidak mempunyai tempat tinggal. Tapi, di lain keadaan banyak yang berfoya-foya menghamburkan harta untuk kepuasan diri sendiri dan bergaya berlebih-lebihan. Budaya konsumtif di masyarakat semakin parah. Padahal kondisi orang-orang pinggiran yang susah mendapat sesuap nasi tidak kalah banyaknya.”, Ucap pria yang akrab dipanggil Kiplek yang juga merupakan penggerak kegiatan ini.
     Saat ini, fenomena budaya konsumtif di masyarakat memang sangat parah. Tapi pelakunya tidak sadar dengan hal tersebut. Mereka merasa hanya mencukupi kebutuhan. Padahal antara kebutuhan dan keinginan itu merupakan dua hal yang berbeda. Kebutuhan adalah segala sesuatu (berbentuk barang dan jasa) yang diperlukan manusia untuk meneruskan hidup. Sedangkan, keinginan merupakan kebutuhan lebih di luar kebutuhan pokok manusia yang bersifat untuk memuaskan diri. Kiplek juga menuturkan bahwa sekarang semakin banyak orang yang kehilangan kesadaran, berlomba bermewah-mewahan dan tidak mau tahu bahwa sebenarnya lingkungan di sekitarnya masih banyak orang yang tidak bisa makan. Dari kenyataan tersebut, Kiplek bersama teman-temannya membuat gerakan peduli sosial sembari mengkritisi kondisi masyarakat kelas atas yang banyak memilih menutup mata.
     Lalu, darimana barang-barang dalam kegiatan ini didapatkan?
     “Dalam acara ini, kami memiliki beberapa macam bentuk kegiatan sosial, antara lain: Pasar Gratis, Food Not Bomb dan Perpustakaan Jalanan. Barang-barang kami dapatkan dari teman-teman yang berpartisipasi dalam acara ini, kepunyaan individu maupun kolektif. Kami juga bekerjasama dengan komunitas lain yang sama-sama memiliki kepedulian terhadap masyarakat, Perpustakaan Jalanan contohnya. Buku-buku ada untuk bisa dibaca masyarakat umum secara gratis ini atas kerjasama dengan mereka.”, ungkap Kiplek sambil menunjuk barang dan orang-orang seperjuangannya itu. “Pasar Gratis sendiri maksudnya adalah sebuah gerakan sederhana dimana kita bisa saling berbagi barang maupun jasa dengan orang-orang yang kurang beruntung secara gratis. Pasar Gratis ini atas dasar solidaritas, bukan mencari keuntungan. Karena kami sadar, tidak semua mempunyai uang untuk membeli berbagai kebutuhan hidup akibat kekayaan alam yang harusnya untuk kesejahteraan masyarakat, malah habis dikuasai oleh korporasi yang rakus.”. Kiplek menghela napas, kemudian menjelaskan lagi. “Sedangkan Food Not Bomb itu berarti makanan gratis. Istilah tersebut kami ambil dari slogan sekumpulan aktivis yang menentang perang dan proyek nuklir. Istilah ini berdasar pada pemikiran bahwa yang dibutuhkan manusia adalah kehidupan (food= makanan), bukan kematian (bomb= bom/senjata). Food Not Bomb bisa dilakukan siapa saja, dimana saja dan kapan saja oleh semua orang yang sadar bahwa makanan adalah hak semua manusia, bukan hak  istimewa untuk para elit saja.”.
     Menyangkut nama acara ini, apakah kegiatan ini hanya dilakukan pada bulan Ramadan saja?
     “Acara seperti ini sudah beberapa kali kami lakukan. Bukan hanya pada waktu bulan puasa saja. Sebelumnya di luar bulan puasa kami sudah mengadakan kegiatan seperti ini di beberapa tempat di daerah Lamongan dan sekitarnya. Ya seperti yang saya jelaskan sebelumnya. Kegiatan seperti ini kami adakan dengan kerjasama bersama komunitas lain yang mempunyai kepedulian sosial, dengan dasar seduluran, gotong-royong dan solidaritas.”, jawab Kiplek. Kegiatan peduli sosial ini sudah beberapa kali Kiplek dan teman-temannya lakukan di tempat berbeda di daerah Lamongan dan sekitarnya. Kiplek menyebutkan beberapa tempat yang pernah dibuat pelaksanaan acara ini, antara lain Paciran dan Sidayu. Dia juga membuka dan mengajak secara terbuka siapapun yang ingin berpartisipasi dalam kegiatan ini. Siapapun mereka bisa membantu dalam bentuk barang-barang, makanan, jasa, ide ataupun tenaga. Atau bisa juga membuat sendiri kegiatan seperti Pasar Gratis dan Food Not Bomb ini di daerah masing-masing.
     Dan di akhir perbincangan kami, Kiplek dan mewakili semua orang dalam gerakan ini berpesan, “Sekecil apapun hal positif yang kita lakukan, itu jauh lebih baik daripada tidak melakukan apapun. Percayalah! Tidak ada kebaikan yang sia-sia. Mari kita bersama-sama melakukan langkah kecil menuju perubahan hidup yang nyata dan merata, untuk dunia yang lebih baik, dimana setiap orang saling peduli terhadap sesama dan saling berbagi kasih sayang.”.

Penulis : Abid Muhibbudin (Tim Media dan Desain Grafis)











Follow dan subscribe akun media sosial GPAN Malang sebagai berikut:

Komentar