Mengapa Masyarakat Jarang Membaca?

Mengapa Masyarakat Jarang Membaca?
Oleh : Billy Anugrah
Apakah anda pernah membeli buku untuk kemudian membacanya? Saya yakin hampir semua orang pasti pernah, minimal membeli buku-buku yang memiliki tema yang ringan, seperti komik, majalah atau sekedar buletin. Tapi, apakah anda benar-benar rutin melakukannya setiap bulan, setiap minggu atau bahkan setiap hari? Mungkin belum semua orang yang rutin melakukannya. Jika kita melihat lagi kondisi minat membaca anak remaja di masa sekarang, rasanya antusiasmenya sudah menurun. Saya masih ingat ketika saya masih kecil hal yang paling saya tunggu setiap minggu adalah membaca majalah anak yang isinya juga sangat menarik dan berbobot, juga dongeng pengantar tidur yang selalu saya tunggu-tunggu setiap malam. Saat ini anak-anak lebih memilih memainkan game atau main gadget yang diberikan orangtuanya. Alhasil minat membacanya terus menurun dan bahkan menghilang begitu saja. Salah satu fakta yang cukup menyedihkan adalah, Indonesia berada pada peringkat ke 60 dari 61 negara soal minat baca berdasarkan studi “Most Littered  Nation in The World” pada tahun 2016
Apa saja dampaknya? Fenomena ini sebenarnya tidak bisa diremehkan begitu saja, dampaknya akan sangat panjang jika anak-anak tidak diberikan pembinaan literasi yang baik dan benar. Saya sering melihat diberbagai media sosial baik itu facebook, twitter, Instagram, jika ada sebuah postingan dari salah satu tokoh, isi komentar-komentarnya kebanyakan tidak nyambung dengan konten yang disampaikan. Belum lagi fenomena hoax yang semakin memperlihatkan bahwa netizen zaman now lebih senang berkomentar daripada membaca. Saya ingat salah satu ucapan dari penulis buku bahwa jari-jari netizen kita  lebih cepat mengetik daripada memikirkannya terlebih dahulu


Menurut saya, ada beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab rendahnya minat baca masyarakat di Indonesia. Pertama, sebagian besar masyarakat sudah jarang menyempatkan waktu untuk membaca, alasannya karena lebih banyak aktivitas lain yang jauh lebih menghibur daripada membaca. Kedua, digitalisasi media membuat masyarakat lebih tertarik membaca berita ataupun bahan bacaan lain melalui smartphone nya. Ketiga, sebagian besar masyarakat belum merasakan urgensi dari membaca. Keempat, menganggap membaca buku hanya dilakukan oleh masyarakat yang masih berada disuatu instansi pendidikan. Padahal, salah satu ciri negara yang memiliki sistem pendidikan yang baik ditunjukkan melalui kegemaran membaca masyarakatnya, terutama pada buku-buku yang bersifat edukatif dan bukan sedekar hiburan semata, sehingga masyarakat kita akan semakin kritis dalam berfikir dan tidak mudah tertipu hoax.
.



Oleh karena itu, melalui beberapa kegiatannya, Komunitas GPAN Malang sangat memfasilitasi terbentuknya masyarakat yang gemar membaca, melalui berbagai macam aktivitas seperti galeri membaca yang dilaksanakan ketika CFD, Program Satu Bulan Satu Buku (SABUKU), Seminar Literasi maupun melalui kegiatan-kegiatan yang tentunya sangat bermanfaat untuk meningkatkan minat membaca dari masyarakat.  Tentu harapan kita semua minat membaca masyarakat bisa meningkat dan masyarakat kita akan bisa lebih cerdas dalam menanggapi suatu fenomena. Memang, untuk membuat sebuah perubahan besar tidak bisa langsung terjadi dalam satu atau dua hari, tapi perubahan itu bisa dimulai dari kita sendiri, jadi ayo mulai membaca buku !
Salam Literasi :) 
Billy Anugrah 
Tim Media dan Desain Grafis
GPAN Regional Malang

Komentar