Resensi : Keadaan Bumi di Masa Depan di Novel Hujan

Resensi : Keadaan Bumi di Masa Depan di Novel Hujan

Detail Buku
Judul : Hujan
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, 2016
Halaman : 320 hlm ; 20 cm
ISBN : 978-602-03-2478-4

Sinopsis
Tentang persahabatan
Tentang cinta
Tentang melupakan
Tentang perpisahan
Tentang hujan.

Kisah tentang persahabatan ini bermula dari bencana alam yang maha dasyat di tahun 2042. Saat Lail masih berumur 13 tahun, dan baru akan kembali ke sekolah setelah libur panjang. Meletusnya gunung purba membuat kerusakan parah, kereta bawah tanah yang Lail dan ibunya tumpangi rusak. Gempa bumi dengan skala 8 VEI. Membuat penduduk 10 milyar bumi hanya tersisa 10 persennya saja.
Namanya Esok, usianya setahun di atas Lail. Anak laki-laki itu menyelamatkan hidupnya, ketika ia hendak jatuh ke lubang bawah tanah untuk menangkap tangan ibunya yang jatuh. Mereka berdua menjadi dekat setelahnya, tinggal di pengungsian bersama. Sampai kemudian, Esok yang jenius diangkat oleh Walikota tempat Lail dan Esok tinggal. Esok akan dibiayai masuk universitas terbaik di negeri ini. Hal itu membuat Lail dan Esok harus berpisah, Esok harus pindah ke Ibu Kota untuk menjalani studinya di sana.
Di tengah penantian panjang Lail akan Esok bertemu, ternyata bumi mengalami masalah yang lebih dari serius. Kepunahan manusia. Dan Lail memutuskan untuk menghapus ingatannya tentang Esok.
Bagaimana manusia akan punah?
Apa hubungannya dengan Esok?
Siapakah Soke Bahtera?
Apakah Lail benar-benar bisa melupakan Esok?
Untuk cerita selengkapnya silahkan membaca novelnya.

Quotes of the Book
“Kesibukan adalah cara terbaik melupakan banyak hal, membuat waktu melesat tanpa terasa.” – Hal. 63

“Tapi kamu tidak usah cemas Lail. Teknologi selalu bisa mengatasi masalah apapun. Ilmuan-ilmuan terkemuka di dunia sedang menyiapkan banyak rencana alternative. Kita pasti bisa mengatasi menaklukkan semua masalah yang datang, sepanjang kita terus bekerja keras, seperti pengorbanan yang kamu lakukan untuk satu kota. Itu sangat menginspirasi,” – Esok, hal. 181

Itu bukan sesuatu yang nyaman dibicarakan. Kita bicara tentang menghapus ingatan. Bahkan menyakitkan saat mendengarnya. Itu bukan seperti terapi mengobati luka di kaki atau kanker yang ketika lukanya sembuh, maka tidak ada yang hilang. Teknologi tadi tentang mengobati luka di hati. Kenangan. Yang ketika sembuh, justru kenangan itu hilang.” – Lail, hal. 197

Karena kenangan sama seperti hujan. Ketika dia datang, kita tidak bisa menghentikannya. Bagaimana kita akan menghentikan tetes air yang turun dari langit? Hanya bisa ditunggu, hingga selesai dengan sendirinya,” – Maryam, hal. 201

Kamu tahu Lail, ciri-ciri orang yang sedang jatuh cinta adalah merasa bahagia dan sakit pada waktu bersamaan. Merasa yakin dan ragu dalam satu hela napas. Merasa senang sekaligus cemas menunggu hari esko. Tak pelak lagi, kamu sedang jatuh cinta jika mengalaminya…” – Maryam, hal. 205
Kamu tahu, Lail, tidak ada kabar adalah kabar, yaitu kabar tidak ada kabar. Tidak ada kepastian juga adalah kepastian, yaitu kepastian tidak ada kepastian.” – Maryam, hal 228

Hidup ini juga tentang menunggu, Lail. Menunggu kita menyadari: kapan kita akan berhenti menunggu.” – Maryam, hal. 228

Ada orang-orang yang kemungkinan sebaiknya cukup menetap dalam hati kita saja, tapi tidak bisa tinggal dalam hidup kita. Maka, biarlah begitu adanya, biar menetap di hati, diterima dengan lapang. Toh dunia ini selalu ada misteri yang tidak bisa dijelaskan. Menerimanya dengan baik justru membawa kedamaian.” – hal. 255

“Bagian terbaik dari jatuh cinta adalah perasaan itu sendiri. Kamu pernh merasakan rasa sukanya, sesuatu yang sulit dilukiskan kuas sang pelukis, sulit disulam menjadi puisi oleh pujangga, tidak bisa dijelaskan oleh mesin paling canggih sekalipun. Bagian terbaik dari jatuh cinta bukan tentang memiliki. Jadi, kenapa kamu sakit hati setelahnya? Kecewa? Marah? Benci? Cemburu? Jangan-jangan karena kamu tidak pernah paham betapa indahnya jatuh cinta.” – hal.256
Sepeda merahnya Soke Bahtera

Kelebihan dan Kekurangan
Novel ini mengangkat setting masa depan, beberapa hal detail sangat diperhatikan oleh penulis sehigga terkesan menyatu dengan cerita. Pengetahuan akan iklim dan sejarah juga memperkuat hal tersebut, membuat bencana alam itu seperti nyata. Gaya penceritaannya juga tidak membosankan karena diceritakan dengan sudut pandang Lail sebagai cewek. Membuat pembaca menerka-nerka apa yang sedang terjadi. Alur mundur yang dipilih juga tepat, pembaca akan memahami cerita secara utuh namun emosi dan 'greget'nya juga tersampaikan. Kekurangan pada novel ini saya rasa ada pada sampul buku yang terlalu sederhana untuk menjelaskan cerita kompleks dalam novel ini. Tapi, saya rasa mungkin juga tepat karena sebenarnya inti cerita sangat sederhana.
.
.
.
.
.
.
.
.


Komentar