Kegiatan 2 : Menumpas Habis Kebodohan : Mengenal Kepustakaan Sejak Dini di Pondok Pesantren Roudlotun Nasichin, Desa Karang Widoro, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang
Tim
GPAN Malang sedang berpose seusai menjalankan program “Bocah Pustaka” di PP.
Roudlotun Nasichin.
(Sumber:
Dok. Pribadi)
Cita-cita
bangsa untuk memberantas kebodohan telah diikrarkan sejak digaungkannya oleh
Budi Utomo pada masa penjajahan silam. Tak heran, isu tersebut masih
meninggalkan bekas dan belum maksimal sampai saat ini, khususnya daerah yang berkategori
3T, yaitu tertinggal, terluar, dan terpencil; atau yang kurang mampu. Daerah ini
pun tidak hanya di wilayah timur atau wilayah terpencil yang kita kenal, tetapi
segelincir kawasan di pinggiran kota menurut kami perlu ditangani pula.
Keprihatinan akan tumbuh kembang pendidikan anak, menggerakkan hati kami—tim
GPAN untuk terjun dan bertegur sapa sesama pemilik hak pendidikan. Bermodalkan
niat dan jiwa pendidik, kami sambungkan
diri memperkenalkan kepustakaan kepada penerus bangsa ini. Walaupun sebagian
dari kami tidak memiliki background pendidik. Namun, semangat juang
menumpas pendidikan sangat membara!
GPAN
(Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara) Regional Malang hadir turut membantu
mengentas pendidikan di Indonesia melalui program-program yang sudah
direncanakan, yaitu perpustakaan dan mendidik. Setelah melaksanakan program
pertamanya, yaitu “mendidik” di Pantai Asuhan Mawaddah Warahma, Bunul Rejo –
Malang, aksi selanjutnnya adalah “Bocah Pustaka”. Program ini hadir diharapkan
bisa membantu anak-anak nusantara untuk merasakan nikmatnya belajar dan
bergelut dengan buku. Terpilihlah lokasi di lembaga pendidikan agama yang
terletak di Desa Karang Widoro, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, yaitu di
Pondok Pesantren Roudlotun Nasichin. Kegiatan ini direncanakan berlangsung
hingga bulan Juli mendatang. Pelaksanaannya akan diatur berdasarkan jadwal yang
sudah ditentukan. Para tim GPAN secara bergantian akan datang seminggu sekali
setiap hari Sabtu.
Pondok
Pesantren Roudlotun Nasichin merupakan lembaga pendidikan agama yang masih
berkembang. Dengan keterbatasan sarana dan prasarana serta para santri datang
dari masyarakat sekitar, pengasuh pondok tetap menjunjung tinggi nilai
pendidikan agama dan menyelaraskannya dengan pendidikan formal. Struktur
pengelolaan pondok yang masih sederhana dan tempat ala kadarnya, tak mengurangi
proses pembelajaran yang diterapkan oleh pondok tersebut. Ada semangat belajar
yang tak kunjung padam di mata para santri.
Perjumpaan awal
kami (tim GPAN) berlangsung pada hari Sabtu tanggal 6 Februari 2016. Sekitar
pukul 17.00 kami berkumpul untuk berangkat bersama-sama menuju ke lokasi.
Keberangkatan hari pertama ditemani dengan guyuran hujan yang membasahi
sepanjang jalan. Meskipun demikian, semangat pengabdian tidak surut begitu
saja. Hujan ditembus tanpa pandang bulu. Sesampainya di sana, sambutan hangat langsung terasa,
tampak dari senyum renyah para santri.
Setelah salat
Maghrib (sekitar pukul 18.10 WIB), acara dimulai. Seperti pepatah: ‘tak kenal,
maka tak sayang’, perkenalan mengawali acara ini dan berlangsung sangat meriah.
Usai perkenalan, kami membagi peserta menjadi dua kelompok. Pembagian ini
disesuaikan dengan jenjang pendidikan dan kemampuan mereka. Untuk selanjutnya
kelompok akan didampingin kakak-kakan dari tim GPAN. Peserta yang terdiri
atas—lebih kurang 25 anak ini, berpendidikan formal SD dan SMP. Perjumpaan awal
ini menekankan pada bagaimana membangun kesan yang baik kepada para santri. Untuk
itu, berdialog seputar cita-cita dan pengalam hidup menjadi awal perjumpaan
kami. Selanjutnya menyinggung pula seputar pelajaran yang diperoleh di bangku
sekolah.
Di akhir kegiatan,
kami memberikan selembar kertas kepada masing-masing anak untuk menuliskan
beberapa catatan mengenai buku yang sudah dibaca dan buku yang ingin dibaca.
Seusai mereka menulis, kami membacanya satu per satu. “Keren!” ucapan
pertama yang kami lontarkan. Anak seusia mereka telah membaca buku-buku
karangan penulis profesional. Entah dari mana mereka mengetahui judul-judul
buku tersebut, yang pasti kepustakaan dalam diri mereka telah tertancap seiring
berkembangnya teknologi. Harapan mereka adalah hadirnya perpustakaan di PP.
Roudlatun Nasichin. Perpustakaan tersebut diharapkan sebagai media pendukung
proses belajar mereka. Semoga dengan adanya GPAN Malang ini, terpenuhilah
keinginan mereka; belajar dan mengembangkan cita-cita.
Kegiatan
klasikal di salah satu kelompok. Tampak seorang bocah menyampaika
pengalamannya.
(Sumber:
Dok. Pribadi)
Kegiatan
selanjutnya akan berlangsung pada hari Sabtu yang akan datang, tanggal 13
Februari 2016. Tentunya dengan kegiatan-kegiatan yang seru dan meriah. Salam
mengabdi!
Create by Basri Masse
Keren Tulisannya..
BalasHapusKeren Tulisannya..
BalasHapuskeren kak tulisan.nya :)
BalasHapusoh ya itu yg di pojokan seharusnya created by ya kak :) semangat menginspirasi
Hal yang tidak pernah terbayankan kini menjadi kenyataan dengan keluargaku,,,untuk AKI.NAWE kami ucapkan banyak terimakasih karna berkat bantuannya ALHAMDULILLAH keluarga kami bisa lepas dari hutang dan masalah,karna nomor “GHOIB”untuk pasang togel,hasil ritual KI NAWE meman benar2 merubah nasib kami hanya sekejap,dan disitulah aku berkesempatan kumpulkan uang untuk buka usaha kembali,karna baik rumah sudah disita,,warung makan jg sudah bangkrut,,tapi itu semua aku masih tetap bertahan hidup dengan anak istriku,,walau cuma kontrak tapi aku tetap bersabar dan akhirnya KI NAWE lah yang bisa merubah nasib kami..KI NAWE orang paling bersejarah kepada keluarga saya…!!! Kepada teman2 yang di lilit hutang dan ingin merubah nasib baik dari pada sekaran HBG: 085=218=379=259=AKI NAWE,dengan penuh harapan INSYAH ALLAH pasti tercapai dan sudah terbukti.
BalasHapus