Sejarah Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara
Sudah
sejak lama, hati ini terpanggil untuk memberikan kontribusi. Namun bagaimana
caranya saya berkontribusi? Dengan apa saya harus memberi? Bersama siapa saya
harus mengabdi? Pertanyaan demi pertanyaan muncul silih berganti. Namun, saya
masih belum menemukan solusi yang tepat untuk mengabdi. Saya mencoba terus
berfikir, memeras daya pikir berharap memperoleh ide yang menarik untuk
mewujudkan keinginan tersebut. Namun, tetap saja saya belum menemukan ide yang
menarik untuk mengabdi. Sedikit rasa kecewa hinggap dalam hati, namun itu tidak
membuat saya putus asa. Saya berjanji pada diri pribadi dan bangsa ini. Saya
akan mengabdi, berkontribusi, dan melakukan yang terbaik untuk negeri ini.
Karena motto hidup yang harus dipegang teguh yakni “hidup berguna, mati
berjasa”.
Malam itu, saya menonton acara Kick
Andy di salah satu stasiun televisi.
Saya menyimak acara tersebut dengan seksama mengenai kontribusi yang diberikan
kepada negeri ini. Sunggu orang-orang yang diundang dalam acara tersebut
mempunyai tekad yang kuat untuk menjadi insan yang selalu berguna bagi nusa dan
bangsa. Dalam kesempatan itu, saya mencoba berpikir kembali mengenai apa yang
bisa saya berikan untuk negeri ini. Saya mencoba mengamati permasalahan di
lingkungan sekitar. Saya menggali masalah mengenai pendidikan, kemiskinan, dan
sosial. Hingga akhirnya terlintas masalah yang menurut saya harus diberikan
solusi yang baik
yakni sulitnya anak-anak kurang mampu untuk memperoleh sumber belajar berupa
buku. Di samping itu, rendahnya
minat baca anak-anak yang sungguh memprihatinkan. Masalah inilah yang menjadi latar belakang terbentuknya komunitas gerakan
perpustakaan anak nusantara.
Lantas, pertanyaan
demi pertanyaan terus berdatangan.
Dari mana saya memperoleh buku-buku untuk disumbangkan kepada permata-permata
penerus bangsa ini? Nama
apa yang cocok? Pendekatan seperti apa yang tepat untuk diberikan kepada mereka? Bagaimana mengajak orang-orang
untuk bergabung dalam komunitas ini? Alhamdulillah saya mampu menjawab dan
menemukan cara yang efektif untuk membentuk gerakan ini. Beberapa cara yang
saya gunakan dalam mengembangkan komunitas ini yaitu memanfaatkan modal sosial. Dalam hal ini jaringan pertemanan untuk
merekrut anggota, mengomunikasikan ide kreatif kepada teman-teman, dan meminta masukan. Tentunya diimbangi dengan tindakan nyata meminta
kawan-kawan untuk menyumbangkan sebagian buku demi terbentuknya komunitas ini. Dengan
semangat, keyakinan, dan doa, maka
pada tanggal 25 April 2015 terbentuklah komunitas ini. Kemudian bernama
“Gerakan
Perpustakaan Anak Nusantara”.
Langkah awal yang saya lakukan yakni menentukan nama komunitas. Awal mula nama komunitas ini adalah “Perpustakaan
Anak Bangsa”. Kemudian saya ganti menjadi “Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara”—yang selanjutnya disingkat dengan “GPAN”. Dengan nama tersebut, saya berharap komunitas ini mampu menciptakan
gerakan-gerakan yang positif untuk membantu anak-anak yang kurang mampu di
seluruh nusantara ini dan semakin
banyak tercipta perpustakaan di berbagai daerah. Negeri ini benar-benar
membutuhkan generasi emas yang peduli. Kepedulian dengan beragam cara tentu
akan menciptakan solusi secara nyata. Bukan orang-orang yang hanya bisa mencaci
maki. Bukan orang-orang yang hanya peduli diri sendiri. Bukan orang-orang yang
hanya menimbun kekayaan yang tidak bisa di bawah mati. Ketahuilah masih banyak
anak-anak negeri ini yang membutuhkan uluran tangan kita bersama. Mereka adalah
generasi emas penerus bangsa, permata-permata penerus yang harus dijaga, apapun
kondisinya kita harus memberikan pengabdian secara nyata.
Langkah kedua, saya memanfaatkan
jaringan sosial untuk memperoleh buku-buku bekas ataupun baru dari teman-teman.
Keluar masuk rumah saya mengambil
buku yang akan disumbangkan. Beberapa teman saya juga membantu untuk mencarikan
donatur buku. Hasilnya luar biasa, sekitar 600 buku telah terkumpul lebih kurang dalam waktu satu
bulan. Pemanfaatan modal sosial dalam memperoleh buku-buku sangat efektif. Untuk pertama kalinya perpustakaan terbentuk di Desa
Pakis Kembar – Malang.
Akhirnya, semoga Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara menjadi wadah bagi orang-orang yang
ingin mengabdi. Mengabdi
dengan tulus dan ikhlas.
Berikan yang terbaik untuk negeri ini.
Balaslah kebaikan negeri ini dengan perbuatan-perbuatan yang nyata, bukan dengan cemoohan yang tak bermanfaat. Investasikan daya pikirmu dan aksimu melalui komunitas ini. Antarkan permata-permata penerus bangsa untuk menjemput
mimpi-mimpinya. Di manapun engkau berada, berusahalah menjadi insan
yang berguna bagi nusa dan bangsa. Karena itulah sebaik-baiknya manusia. SalamMengabdi!
Yogyakarta, 29 November 2015
Pendiri
Imam Arifa’illah Syaiful Huda
Komentar
Posting Komentar