IQRO’ CULTURE

IQRO’ CULTURE
Iqro’ adalah sebuah kata yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad pertama kali di gua hiro. Iqro’ memiliki makna “bacalah” atau read dalam bahasa inggris. Nabi Muhammad yang Ummi (tidak bisa membaca dan menulis) sejak kecil diperintahkan untuk membaca sebuah kata yang belum pernah Beliau ketauhi dan pada akhirnya Beliau bisa membaca dan menghafal 5 ayat yang diwahyukan padaNya kala itu. Hal seperti ini kita dapatkan ketika kita masih kecil mungki waktu masih TK. Ketika kita masih belia kita diajarkan huruf demi huruf yang kemudian kita bisa membaca sebuah kata lalu sebuah kalimat. Anak-anak di negara lainpun juga seperti itu, mereka diajarkan hal yang sama persis seperti kita di Indonesia tapi sesuai dengan bahasa pada tiap negara masing-masing. Tiap negara memiliki caranya tersendiri untuk mengajarkan anak-anak nya pandai dalam membaca dan gemar membaca. Tahun 2017 sebuah lembaga di dunia mensurvei dari 61 negara yang ada di dunia dan alangkah terkejutnya bahwa Indonseia berada pada posisi ke-60. Memang kenapa harus ada survei mengenai hal ini? kalau kita lihat negara Inggris, Jepang, US, dll menduduki peringkat atas. Mereka menjadi negara maju karena masyarakatnya yang gemar membaca dari hal sepele sampai hal yang rumit. Ada beberapa alasan mengapa membaca itu sangat penting.
Apa hal yang mendasari membaca itu penting? Saya mulai dari sebuah kalimat “Muliakan lah Alquran maka kau akan dimuliakan Alquran” jika kita implementasikan dengan membaca maka kita akan mendapatkan sebuah kesimpulan “Jika kita rajin atau suka membaca maka dunia akan terasa dekat”. Dari membaca itulah ilmu-ilmu yang belum pernah kita ketauhi akhirnya kita menjadi tau, maaf ya sebenernya kita ini bodoh karena masih banyak ilmu yang belum kita ketahui tapi banyak diantara kita yang sok tau segalanya. Karena dunia ini hanya sementara maka mari kita syukuri sisa hidup kita dengan banyak-banyak membaca. Membaca tidak hanya sekedar membaca buku melaikan juga bisa membaca sebuah situasi, membaca semacam ekspresi seseorang atau membaca perasaan orang lain. Taukah kita bahwa membaca hanyalah sebuah simbol dari suatu konsep yang sudah ada sejak dulu. Seperti yang saya tulis barusan, membaca bukan hanya membaca buku karena setiap orang memiliki pandangan masing masing untuk mendeskripiskan arti dari kata membaca. Membaca situasi pada saat kita susah, senang, tertekan, kaya, miskin, memiliki pangkat ataupun tidak memiliki kedudukan maka patutlah kita selalu bersyukur dari semua nikmat yang Tuhan berikan kepada kita.
Ataupun membaca perasaan orang lain ketika kita merasa benci, jatuh cinta, bahagia, sedih, kecewa, dll kepada seseorang maka ingatlah mereka juga sama seperti kita yang selalu berbuat salah maka bencilah sifatnya tapi jangan membenci orang nya. Dapat disimpulkan bahwa saat kita sedang membaca maka kita juga harus paham tentang apa yang kita baca agar ilmu yang tersirat melalui tulisan atau suatu keadaan itu bisa bermanfaat bagi diri kita.
Kegemaran membaca akan muncul jika itu sudah menjadi kebiasaan atau menjadi budaya dikalangan masyarakat sendiri. Seperti yang Allah katakana “Aku akan merubah suatu kaum jika mereka sudah merubah diri mereka sendiri terlebih dahulu”. Hal-hal yang harus kita lakukan adalah mencontohkan lalu mengajak dan membaca bersama. Sebetulnya sepele tapi ketika melakukannya akan terasa berat tapi itulah sebuah proses yang harus kita lakukan untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri kita masing-masing. Misalnya setiap pagi ketika dikostan, dikontrakan atau dirumah kita selalu membaca Alquran entah itu 1 juz atau hanya setengan juz lalu tanpa sadar orang terdekat kita ada yang melihat, seenggak nya kita ajaklah dulu mau enggak mau itu urusan belakang yang penting kita ada niatan baik untuk mendapat berkah dipagi hari. Sekiranya dia mau ya Alhamdulillah, kita sudah berdakwah secara tidak sengaja kepada orang disekitar kita. Jangan lupa untuk selalu menemani dan mengingatkan saudara atau saudari kita untuk selalu istiqomah dalam hal kebaikan. Contoh lainya, Saya punya saudara dari Manado dia diajarkan di sekolahnya setiap pagi untuk membaca buku, entah buku Bahasa Indonesia, Bahasa inggris, dll. Bukunya bisa berupa majalah, motivasi ataupun pengetauhan. Melalui budaya inilah tingkat kegemaran membaca akan muncul dengan sendirinya karena orang-orang disekitar kita sudah memahami arti penting dari membaca. Sayangnya di Indonesia terdapat kendala ekonomi bagi sebagian orang untuk melakukan kebiasaan ini. Karena ekonomi yang kurang berkecukupan akhirnya banyak yang tidak memiliki buku utuk dibaca setiap harinya. Faktor buku yang mahal membuat kita belum mampu mendapatkan buku-buku yang kita inginkan. Keterbatasan akan ekonomi inilah yang akhirnya anak-anak kita, adik-adik kita, bahkan kita sendiri yang ingin belajar lebih dari karya orang lain jadi terhalang. Ada salah satu solusi untuk terus membaca setiap harinya yakni kita bertukar buku dengan orang-orang disekitar kita. Dengan begini selain kita punya akses untuk mempelajari hal-hal baru kita juga bisa belajar untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik dengan orang lain. Bisa juga kita pergi untuk keperpustakaan yang ada atau ke suatu komunitas untuk meminjam buku yang ada disana.

Mari jadikan budaya membaca ini menjadi sarana bagi kita semua untuk menjadi orang yang memiliki wawasan luas dan memiliki budi pekerti yang baik. Tiket menuju dunia adalah impian maka kejarlah impianmu setinggi langit dan sedalam lautan. Jadikanlah dirimu insan yang mulia dengan merubah orang lain menjadi lebih baik dalam akhlaknya dan adabnya Banyak orang yang gagal di dunia karena impiannya tidak tercapai salah satu faktornya adalah kurangnya wasawasan yang dimiliki dan banyak mengkritik orang lain tapi lupa dengan dirinya sendiri.. Yang lalu sudahlah berlalu It’s never to late, mistakes are the greatest teacher in life. What My past has taught me, It’s not too late to start all over, and I hope you will change to be better, not to be worst.


Penuis : Ahmed syarief Marzuki (Tim Donasi dan Partnership) https://www.instagram.com/ahsyam313/







Follow dan subscribe akun media sosial GPAN Malang sebagai berikut:

Komentar